TUJUAN KEGIATAN
Memberi pertolongan pada musibah di dalam gua
PROSEDUR PELAKSANAAN
Kegiatan CAVE RESCUE ialah kegiatan penuh ketegangan, amat sulit dilaksanakan, dan membutuhkan banyak tenaga yang trampil, waktu, pengorbanan uang dan penuh resiko. CAVE RESCUE tidak akan dapat berhasil bila tidak ada koordinasi yang baik antara kesemua unsur yang dipekerjakan
Dalam CAVE RESCUE dapat terjadi hal-hal yang tidak pantas terjadi, bila sebelumya tidak dipersiapkan dulu suatu “ code of conduct “. Kesimpang siuran, bahkan keadaan panik dan putus asa dapat mengakibatkan tindakan-tindakan yang “ tidak masuk akal “ atau dibuatnya keputusan-keputusan yang controversial. Hal-hal dibawah ini yang dapat terjadi :
- keterlambatan tindakan karena keragu-raguan mengambil keputusan.
- Duplikasi tindakan, sehingga timbul repetisi yang tidak efisien.
- Miskomunikasi karena tidak ada saling pengertian.
- Kesimpang siuran tindakan karena masing-masing petugas tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan apa fungsinya.
- Tidak tersedianya peralatan yang dibutuhkan karena memang terlupakan untuk dibawa atau memang tidak ada.
- Emosi yang tidak terkendali sehingga timbul pertengkaran dan cara mengambil keputusan yang seraba salah.
- Meninggalnya pasien bukan karena kecelakaan itu sendiri, tetapi karena salah tindakan dari para penolong.
- Timbulnya lebih banyak kecelakaan yang diderita oleh para penolong, atau para penolong ada yang “ hilang “ didalam gua, karena memang tidak biasa masuk kedalam gua, apalagi melakukan kegiatan CAVE RESCUE .
- Memakai peralatan yang salah sehingga membahayakan para penolong sendiri dan korban, karena kurang pengertian atau main “ tambal sulam “ karena alat yang tepat tidak tersedia.
Daftar kesalahan-kesalahan ini dapat diperpanjang lagi, hal mana yang tidak berdasarkan pada teori saja, tetapi dapat dibaca dari laporan-laporan kumpulan musibah dan CAVE RESCUE.
Karenanya Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia, atas dasar POLA kegiatan CAVE RESCUE di Amerika Serikat, Belgia Inggeris, Prancis disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia, mencoba untuk menyusun petunjuk-petunjuk tata cara pelaksanaan CAVE RESCUE yang benar dan yang senantiasa diberitahukan kepada BADAN SAR NASIONAL, dan minta mereka ikut mengkoordinirnya.
Petunjuk ini mempunyai tujuan ganda :
1. Dengan petunjuk ini setiap penelusur gua akan diperingatkan, bahwa kegiatan itu sangat berbahaya dan harus dilakukan dengan penuh pengertian ( sensible ) dan penuh tanggung jawab ( responsible ). Makin rumit suatu gua, makin jauh si penelusur masuk ke dalam gua, makin ia harus menyadari, bahwa CAVE RESCUE akan semakin rumit dikerjakan. Karenanya harus disadari oleh setiap orang yang membaca petunjuk ini, bahwa cara paling baik ialah MENGHINDARI MUSIBAH.
2. Petunjuk ini akan menyadarkan pembacanya, bahwa petunjuk ini baru ada gunanya, bila ada wadah yang melaksanakannya. Jadi dengan membaca petunjuk ini harus terstimulir pembentukan CAVE RESCUE GROUPS, yang senantiasa harus melatih diri dan berada dalam keadaaan siap siaga.
3. Petunjuk ini harus dijadikan pegangan yang mantap untuk melakukan tindakan-tindakan dilapangan atau pada waktu latihan, tanpa membuang-buang waktu lagi, dan sebelumnya dapat dipakai untuk mempertimbangkana alaternatif-alternatif atau inovasi-inovasi yang dibutuhkan.
Petunjuk ini memang merupakan PEGANGAN yang masih dapat, bahkana mungkin masih perlu dimodifikasi atau disempurnakan. Dan ini hanya dapat dilakukan, bila berulangkali diadakan LATIHAN CAVE RESCUE.
TIGA UNSUR KEGIATAN CAVE RESCUE HARUS JELAS DIPERSIAPKAN:
1. Unsur MEDIS
2. Unsur KOMUNIKASI
3. Unsur TEKNIK
Ketiga unsur ini harus kait mengait, saling menunjang dan berbobot sama pada setiap kegiatan CAVE RESCUE. Di Perancis unsur MEDIS menjadi unsur yang paling diutamakan. Pasien harus distabilisir dan diatasi keadaannya didalam gua secara sesempurna mungkin. Di Inggris faktor waktu diutamakan. Pasien dievakuasi sedini mungkin dengan teknik yang ditonjolkan sebagai unsur yang paling penting.
Di Indonesia, harus dianut prinsip peninjauan kasus demi kasus. Komunikasi di Indonesia harus yang paling utama. Disusul oleh teknik, dan akhirnya segi medis. Dari ketiga unsur ini segi medis yang akan terasa paling memprihatinkan, karena tidak ada, atau hampir tidak ada dokter atau tenaga paramedis yang sanggup memasuki gua. Karenanya, pendidikan darurat untuk mengatasi keadaan kritis pasian, tindakan gawat darurat (Cardio pulmonary resuscitation) oleh para anggota teknik maupun komunikasi, menjadi syarat MUTLAK, sebelum menyediakan diri untuk terjun dalam kegiatan CAVE RESCUE, atau menjadi anggota team CAVE RESCUE. Tanpa menguasai PPGD dan prinsip-prinsip mengatasi keadaan gawat darurat dari korban musibah, sebaiknya jangan menolong korban, karena korban hampir pasti tidak akan dapat tertolong. Karenanya dalam SETIAP Kursus Speleologi DASAR sudah merupakan kewajiban mutlak, untuk memasukkan kuliah CPR dan tindakan GAWAT DARURAT, karena dengan mata kuliah itu diharapkan setiap penelusur gua sudah memahami cara-cara bagaimana mengatasi situasi gawat darurat dan mengadakan self rescue. Tanpa mata kuliah itu, setiap kursus Speleologi yang diadakan, kurang bertanggung jawab.
SELF RESCUE menjadi prinsip dari penelusuran gua. Dengan demikian tidak sampai terpaksa menunggu kedatangan team rescue yang belum tentu tersedia atau dapat dihubungi pada waktunya. Dengan self rescue si Korban sudah dapat distabilisir dan mungkin dapat dikeluarkan dari lokasi didalam gua. Oleh para temannya. Tanpa self rescue, kemungkinan si Korban masih tertolong adalah kecil sekali.
Minggu, 07 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar