Minggu, 07 Oktober 2012
CAVE RESCUE
Memberi pertolongan pada musibah di dalam gua
PROSEDUR PELAKSANAAN
Kegiatan CAVE RESCUE ialah kegiatan penuh ketegangan, amat sulit dilaksanakan, dan membutuhkan banyak tenaga yang trampil, waktu, pengorbanan uang dan penuh resiko. CAVE RESCUE tidak akan dapat berhasil bila tidak ada koordinasi yang baik antara kesemua unsur yang dipekerjakan
Dalam CAVE RESCUE dapat terjadi hal-hal yang tidak pantas terjadi, bila sebelumya tidak dipersiapkan dulu suatu “ code of conduct “. Kesimpang siuran, bahkan keadaan panik dan putus asa dapat mengakibatkan tindakan-tindakan yang “ tidak masuk akal “ atau dibuatnya keputusan-keputusan yang controversial. Hal-hal dibawah ini yang dapat terjadi :
- keterlambatan tindakan karena keragu-raguan mengambil keputusan.
- Duplikasi tindakan, sehingga timbul repetisi yang tidak efisien.
- Miskomunikasi karena tidak ada saling pengertian.
- Kesimpang siuran tindakan karena masing-masing petugas tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan apa fungsinya.
- Tidak tersedianya peralatan yang dibutuhkan karena memang terlupakan untuk dibawa atau memang tidak ada.
- Emosi yang tidak terkendali sehingga timbul pertengkaran dan cara mengambil keputusan yang seraba salah.
- Meninggalnya pasien bukan karena kecelakaan itu sendiri, tetapi karena salah tindakan dari para penolong.
- Timbulnya lebih banyak kecelakaan yang diderita oleh para penolong, atau para penolong ada yang “ hilang “ didalam gua, karena memang tidak biasa masuk kedalam gua, apalagi melakukan kegiatan CAVE RESCUE .
- Memakai peralatan yang salah sehingga membahayakan para penolong sendiri dan korban, karena kurang pengertian atau main “ tambal sulam “ karena alat yang tepat tidak tersedia.
Daftar kesalahan-kesalahan ini dapat diperpanjang lagi, hal mana yang tidak berdasarkan pada teori saja, tetapi dapat dibaca dari laporan-laporan kumpulan musibah dan CAVE RESCUE.
Karenanya Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia, atas dasar POLA kegiatan CAVE RESCUE di Amerika Serikat, Belgia Inggeris, Prancis disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia, mencoba untuk menyusun petunjuk-petunjuk tata cara pelaksanaan CAVE RESCUE yang benar dan yang senantiasa diberitahukan kepada BADAN SAR NASIONAL, dan minta mereka ikut mengkoordinirnya.
Petunjuk ini mempunyai tujuan ganda :
1. Dengan petunjuk ini setiap penelusur gua akan diperingatkan, bahwa kegiatan itu sangat berbahaya dan harus dilakukan dengan penuh pengertian ( sensible ) dan penuh tanggung jawab ( responsible ). Makin rumit suatu gua, makin jauh si penelusur masuk ke dalam gua, makin ia harus menyadari, bahwa CAVE RESCUE akan semakin rumit dikerjakan. Karenanya harus disadari oleh setiap orang yang membaca petunjuk ini, bahwa cara paling baik ialah MENGHINDARI MUSIBAH.
2. Petunjuk ini akan menyadarkan pembacanya, bahwa petunjuk ini baru ada gunanya, bila ada wadah yang melaksanakannya. Jadi dengan membaca petunjuk ini harus terstimulir pembentukan CAVE RESCUE GROUPS, yang senantiasa harus melatih diri dan berada dalam keadaaan siap siaga.
3. Petunjuk ini harus dijadikan pegangan yang mantap untuk melakukan tindakan-tindakan dilapangan atau pada waktu latihan, tanpa membuang-buang waktu lagi, dan sebelumnya dapat dipakai untuk mempertimbangkana alaternatif-alternatif atau inovasi-inovasi yang dibutuhkan.
Petunjuk ini memang merupakan PEGANGAN yang masih dapat, bahkana mungkin masih perlu dimodifikasi atau disempurnakan. Dan ini hanya dapat dilakukan, bila berulangkali diadakan LATIHAN CAVE RESCUE.
TIGA UNSUR KEGIATAN CAVE RESCUE HARUS JELAS DIPERSIAPKAN:
1. Unsur MEDIS
2. Unsur KOMUNIKASI
3. Unsur TEKNIK
Ketiga unsur ini harus kait mengait, saling menunjang dan berbobot sama pada setiap kegiatan CAVE RESCUE. Di Perancis unsur MEDIS menjadi unsur yang paling diutamakan. Pasien harus distabilisir dan diatasi keadaannya didalam gua secara sesempurna mungkin. Di Inggris faktor waktu diutamakan. Pasien dievakuasi sedini mungkin dengan teknik yang ditonjolkan sebagai unsur yang paling penting.
Di Indonesia, harus dianut prinsip peninjauan kasus demi kasus. Komunikasi di Indonesia harus yang paling utama. Disusul oleh teknik, dan akhirnya segi medis. Dari ketiga unsur ini segi medis yang akan terasa paling memprihatinkan, karena tidak ada, atau hampir tidak ada dokter atau tenaga paramedis yang sanggup memasuki gua. Karenanya, pendidikan darurat untuk mengatasi keadaan kritis pasian, tindakan gawat darurat (Cardio pulmonary resuscitation) oleh para anggota teknik maupun komunikasi, menjadi syarat MUTLAK, sebelum menyediakan diri untuk terjun dalam kegiatan CAVE RESCUE, atau menjadi anggota team CAVE RESCUE. Tanpa menguasai PPGD dan prinsip-prinsip mengatasi keadaan gawat darurat dari korban musibah, sebaiknya jangan menolong korban, karena korban hampir pasti tidak akan dapat tertolong. Karenanya dalam SETIAP Kursus Speleologi DASAR sudah merupakan kewajiban mutlak, untuk memasukkan kuliah CPR dan tindakan GAWAT DARURAT, karena dengan mata kuliah itu diharapkan setiap penelusur gua sudah memahami cara-cara bagaimana mengatasi situasi gawat darurat dan mengadakan self rescue. Tanpa mata kuliah itu, setiap kursus Speleologi yang diadakan, kurang bertanggung jawab.
SELF RESCUE menjadi prinsip dari penelusuran gua. Dengan demikian tidak sampai terpaksa menunggu kedatangan team rescue yang belum tentu tersedia atau dapat dihubungi pada waktunya. Dengan self rescue si Korban sudah dapat distabilisir dan mungkin dapat dikeluarkan dari lokasi didalam gua. Oleh para temannya. Tanpa self rescue, kemungkinan si Korban masih tertolong adalah kecil sekali.
Senin, 09 April 2012
SEJARAH PENCINTA ALAM
Sejarah Pecinta Alam dimulai: Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz.
Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam" (PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula–mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah bertukar pikiran yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA.
MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu MAPALA juga berarti berbuah atau berhasil. Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa : “Tujuan MAPALA ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”
Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya MAPALA UNIVERSITAS INDONESIA, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. MAPALA atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki MAPALA baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampungkampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.
HUTAN
hutan..
kau hasilkan udara segar
udara segarmu,seakan menghilangkan sekejap kepenakan ditubuh ku
hutan…
kau adalah sumber kehidupan
kau menghidupkan berbagai macam hewan di dunia ini
hutan..
kau adalah paru paru dunia
tanpa kau..
mungkin dunia ini akan terasa begitu panas,karna kau tidak dapat menyejukan nya kembali
tanpa kau..
mungkin hewan langka didunia ini tidak akan pernah kami lihat lagi,karna kau sudah tidak ada untuk menghidupkan mereka
hutan..
begitu banyak manfaat mu
aku berjanji akan melindungi mu
aku tidak akan pernah menyakitimu
karena engkau..kami dapat bertahan hidup..
jadi..kawan kawan lindungi lah hutan kita!!!!
MITIGASI BENCANA
MITIGASI BENCANA
Adalah tindakan-tindakan kita untuk mengurangi bahaya bencana sebelum bencana itu sendiri terjadi. Bencana bisa disebabkan oleh alam, manusia atau oleh keduanya yang mengakibatkan kerusakan alam, penderitaan manusia dan kerugian harta benda dan kerusakan fasilitas umum. Akibat bencana yang paling buruk adalah kematian dan penderitaan sakit yang berkepanjangan. Oleh karena itu bencana yang dapat terjadi secara luas dan mengakibatkan kerugian materiil maupun inmateriil, mendesak untuk dilakukan kegiatan yang dapat mengurangi bahaya bencana.
. Tujuan dari mitigasi bencana adalah untuk dapat mengurangi resiko yang dapat menimpa kehidupan manusia. Mitigasi dapat dilakukan apabila kita mengenal bencana itu bekerja, sehingga menimbulkan ancaman bahaya. Untuk mengenal bagaimana bahaya itu terjadi maka perlu adanya pengenalan dan pemahaman tentang sifat-sifat bencana yang mencakup :
1. Apa pengertian dari bencana ?
2. Apa penyebab bencana ?
3. Bagaimana cara perusakan bencana ?
4. Apa factor yang menambah ancaman bahaya bencana ?
5. Dimana bencana itu dapat terjadi ?
6. Apa bencana dapat diramalkan ?
7. Bagaimana peringatan dini yang perlu untuk menghadapi bencana ?
8. Apa ukuran ancaman bahaya ?
9. Apa saja yang terancam oleh bahaya bencana ?
10. Bagaimana Mitigasi bencana yang perlu dilakukan ?
Bencana menyebabkan resiko bencana bagi kehidupan manusia. Besar kecilnya resiko tersebut tergantung dari bahaya yang ditimbulkan oleh bencana dan seberapa besar factor kerentanan ( ketidak mampuan ) manusia dalam menghadapi bahaya tersebut. Apabila bahaya bencana dan factor kerentanan besar, maka resiko yang dihadapi oleh manusia dalam menghadapi bencana juga akan semakin besar.
Kerentanan adalah kondisi yang menjelaskan faktor-faktor hambatan fisik, ekonomi, social, politik dan perilaku / sikap yang mengurangi kemampuan manusia untuk siap siaga menghadapi bahaya bencana. Walaupun jenis ancaman atau bahaya bencana sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, namun karena tingkat kerentanan berbeda, mengakibatkan resiko yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
AKAR MASALAH
Sektor Lingkungan Hidup
- Keterbatasan pengetahuan lingkungan hidup
- Keterbatasan pengelolaan Sumber Daya Alam
Sektor Sosial
- Kurangnya kesadaran bersama tentang bencana
- Tidak adanya perencanaan penanggulangan bencana
Sektor Ekonomi
- Keterbatasan dana untuk mengelola SDA secara berkesinambungan
- Keterbatasan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan hidup
Sektor Politik
- Kurangnya sosialisai tentang daerah rawan bencana
- Kurangnya penyuluhan LH
- Keterbatasan kebijakan dalam LH, Tata ruang, Konservasi dan pengentasan kemiskinan
PEMICU KERENTANAN
Sektor Lingkungan hidup
- Mengelola pertanian secara sembarangan
- Daerah pemukiman mudah dibangun
- Pengelolaan Sumber Daya Alam tidak berkesinambungan
- Mengabaikan system peringatan dini
Sektor Sosial
- Mengabaikan system peringatan dini
- Mengabaikan kebersamaan dalam menjaga lingkungan pemukiman
Sektor Eknomi
Kehidupan ekonomi masyarakat yang sulit
Sektor Politik
- Pemerasan SDA
- Industrialisasi
- Mengabaikan sytem peringatan dini
- Kebijakan perekonomian yang salah
- Mengabaikan pembinaan LH dan pengelolaan SDA
KERENTANAN YANG TIMBUL
Sektor Lingkungan Hidup
- Kerusakan L H
- Pemukiman didaerah rawan bencana
- Ketidak tahuan tanda-tanda awal datangnya bencana
Sektor Sosial
- Kemiskinan penduduk
- Tidak adanya RUTK
- Kurangnya konservasi alam
- Kurangnya penegakan hokum bagi pengrusak lingkungan
Sektor Ekonomi
- Kurangnya aparat yang terampil
- Pola tanam yang tidak menghitung iklim dan musim
Sektor Politik
- System peringatan dini kurang berperan
Selama ini kebanyakan masyarakat kita memahami bencana hanya semata-mata bersifat fenomena alamiah semata, sehingga bencana cenderung dipandang sebagai takdir. Dari analisa factor-faktor kerentanan diatas, tampaklah bahwa bencana bukan semata-mata merupakan murni gejala alam tetapi juga merupakan masalah yang diakibatkan oleh pembangunan yang tidak terselesaikan.
Strategi Migitasi Bencana adalah :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan penentu kebijakan tentang bahay bencana
b. Meningkatkan kualitas kebijakan public dalam mengencadilakn kondisi lingkungan hidup dan tata ruang.
c. Menjalankan program rehabilitasi dan konservasi lingkungan hidup, baik dilingkungan pemukiman maupun kawasan konservasi.
d. Mewujudkan paradigma baru pembangunan yang memperhitungkan daya dukung sumber daya alam dan keseimbangannya.
KERENTANAN
1. Kerusakan lingkungan
2. Pemukiman dikawasan bencana
3. Pola kehidupan yang tidak peduli lingkungan hidup
4. Kurangnya kesadaran akan bahaya bencana
5. Kemiskinan penduduk
6. Kurangnya peraturan tata ruang dan konservasi
7. Kurangnya penegakan hokum bagi perusak lingkungan
8. Kurangnya aparat yang terampil
PERUBAHAN YG DIBUTUHKAN
a. Kesadaran masyarakat
b. Kesadaran penentu kebijakan
c. Kebijakan public
d. Kondisi lingkungan hidup
e. Paradigma pembangunan
f. Sytem peringatan dini
g. Perekonomian rakyat
KARAKTERISTIK BENCANA
1. BANJIR
a. PENGERTIAN
Genangan dan aliran air yang berlebihan serta berada dilokasi yang tidak semestinya
b. PENYEBAB
1. Curah hujan tinggi diatas normal, sehingga melebihi daya tampung sungai.
2. Rusaknya bendungan atau waduk
3. Meningkatnya permukaan sungai akibat air laut pasang
c. CARA PERUSAKAN
- Arus aliran air yang bergejolak dan cepat dapat menghanyutkan manusia, hewan, pohon dan bangunan.
- Aliran air yang membawa material tanah atau material lain yang mampu merusak lahan pertanian dan merusak bangunan.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
1. Lokasi hunian dibantaran sungai atau dataran rendah.
2. Kurangnya resapan air dikawasan pemukiman ( akibat betonisasi )
3. Penggundulan hutan dikawasan hulu sungai
4. Kurangnya kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya banjir
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
1. Pemukiman didataran rendah yang tidak memiliki drainase yang baik.
2. Wilayah yang berada diwilayah bantaran sungai dan hulu sungai.
f. BISA DIRAMALKAN
1. Ramalan banjir tergantung pada catatan curah hujan pada setiap musim.
2. Pengamatan daya tampung sungai.
3. Pengamatan lokasi genangan air yang pernah terjadi.
g. PERINGATAN DINI
1. Curah hujan yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama.
2. Naiknya permukaan pasang laut yang disertai badai.
3. Ketinggian permukaan sungai telah melampau batas siaga banjir.
4. Peta rawan banjir dibagikan kepada masyarakat yang tinggal diwilayah banjir.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Luas Genangan air ( Berapa hektar ).
2. Kedalaman atau ketinggian air banjir ( m ).
3. Kecepatan aliran air ( m / detik ).
4. Material yang dihanyutkan banjir ( batu, pohon dsb ).
5. Kepekatan air atau endapan Lumpur
6. Lamanya genangan air ( jam, hari, minggu )
i. MITIGASI BENCANA
1. Upaya non fisik
- Membentuk Satgas banjir.
- Mempersiapkan peta rawan banjir.
- Memantau dan mengevaluasi data curah hujan diwilayah banjir.
- Melakukan penyuluhan daerah kawasan bencana.
- Memantau peralatan peringatan dini.
2. Upaya fisik
- Membuat tanggul
- Membuat system resapan air diwilayah pemukiman.
- Penghijauan diwilayah hulu sungai
- Pengerukan sungai dan waduk
3. Peran serta masyarakat
- Tidak tinggal dibantaran sungai.
- Tidak menggunakan lahan penahan banjir untuk pemukiman
- Tidak membuang sampah disaluran air atau sungai.
2. TANAH LONGSOR
a. PENGERTIAN
Gerakan tanah, batuan atau percampuran keduanya yang menuruni lereng akibat terganggunya kestabilan tanah yang menyusun lereng tersebut.
b. PENYEBAB
- Meningkatnya kandungan air dalam lereng bukit, sehingga meregangkan ikatan tanah..
- Pemotongan kaki bukit secara sembarangan.
- Getaran pada lereng akibat adanya gempa, ledakan ataupun getaran alat berat.
- Meningkatnya daya beban yang ditanggung tanah melampau daya dukung tanah ( lereng curam kemiringan 40 derajat tidak mampu menahan beban bangunan dan rimbunnya pepohonan ).
c. CARA PERUSAKAN
1. Gerakan tanah secara bertahap yang menyebabkan keretakan tanah.
2. Runtuhan tanah atau batu dari atas bukit.
3. Aliran tanah lembek.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
1. Tempat tinggal dibangun pada lereng yang terjal atau tanah yang lembek.
2. Tempat tinggal dibangun dibawah lereng yang terjal
3. Bangunan dengan pondasi yang lemah.
4. Kurangnya pemahaman akan bahaya tanah longsor.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
1. Lereng gunung yang curam.
2. Lembah gunung yang terjal.
f. BISA DIRAMALKAN
- Ramalan tanah longsor bergantung dari kajian kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan, kondisi air tanah dan pemanfaatn lahan
- Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan longsor yang baru terjadi.
g. PERINGATAN DINI
- Munculnya retakan memanjang pada tanah atau kontruksi bangunan.
- Tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka ( kemungkinan akibat bangunan mendapat dorongan masa tanah yang bergerak ).
- Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air di lereng.
- Pohon-pohon atau tiang miring searah kemiringan lereng.
- Terdengar gemuruh atau ledakan diatas lereng.
- Terjadi runtuhan atau aliran tanah / kerikil secara mendadak dari atas lereng.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Jumlah material yang bergerak.
2. Luas daerah yang terkubur.
3. Kecepakan gerak tanah.( cm / hari ).
4. Jenis dan dampak kerusakan.
5. Ukuran bingkahan batuan
6. Jumlah korban jiwa
i. MITIGASI BENCANA
1. Hindari membangun rumah didaerah yang rawan longsor.
2. Membuat terasering.
3. Penghijauan dengan tanaman yang memiliki akar dalam dan jarak yang tepat.
4. Melakukan pemadatan tanah disekitar rumah.
5. Pembuatan tanggul untuk menahan reruntuhan batuan.
3. KEKERINGAN
a. PENGERTIAN
Kurangnya ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan hidup atau kebutuhan pertanian.
b. PENYEBAB
1. Curah hujan dibawah normal dalam satu musim.
2. Berkurangnya kandungan air dalam tanah.
3. Rusaknya kawasan tangkapan air.
4. Ketidak seimbangan pola penggunaan air.
c. CARA PERUSAKAN
- Kekurangan air akan mempengaruhi kesehatyan manusia, kehidupan ternak dan tanaman sehingga mengakibatkan krisis pangan.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
1. Daerah yang tergantung cuaca untuk ketersediaan air.
2. Kurangnya pengenalan permasalahan kekeringan.
e. DIMANA BENCANA TERJADI
- Di daerah yang memiliki curah hujan sedikit.
- Di daerah yang ketersediaan air berasal dari tadah hujan.
f. BISA DIRAMALKAN
1. Ramalan kekeringan dapat dilakukan melalui kajian tentang musim dan cuaca.
2. Pengamatan dan kajian atas curah hujan, debit air sungai,dan ketersediaan air bersih.
g. PERINGATAN DINI
- Penurunan tingkat curah hujan dalam satu musim.
- Penurunan pasokan air permukaan dan air tanah yang dapat terlihat dari penurunan permukaan air sungai dan waduk.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
- Kurangnya curah hujan, lamanya musim kemarau,dan ketersediaan memperoleh air bersih secara langsung.
i. MITIGASI BENCANA
- Membuat tehnologi tepat guna penyimpanan cadangan air.
- Mempersiapkan mobil tangki pengangkut air bersih.
- Mengembangkan ekonomi alternative yang tidak bergantung pada pasokan air yang banyak.
4. KEBAKARAN
a. PENGERTIAN
Penggunaan api yang tidak terkendali.
b. PENYEBAB
1. Kegiatan manusia yang menggunakan api.
2. Konsleting listrik
c. CARA PERUSAKAN
- Api menjalar keseluruh kawasan hutan / lahan.
- Api menghabiskan oksigen dan menghasilkan karbondioksida, asap serta panas.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Kepadatan pemukiman.
- Bahan pemukiman yang mudah terbakar.
- Angin yang cukup besar.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
Melanda daerah yang mengalami musim kemarau yang panjang.
f. BISA DIRAMALKAN
1. Musim kemarau ( meski terkadang dimusim hujan dapat terjadi )
g. PERINGATAN DINI
1. Matikan kompor dan cek sebelum meninggalkan rumah atau tidur.
2. Matikan / cabut peralatan listrik yang tidak digunakan.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Luas areal yang terbakar.
2. Jumlah korban jiwa.
i. MITIGASI BENCANA
- Sosialisasi cara pengendalian kebakaran.
5. ANGIN BADAI
a. PENGERTIAN
Angin yang berhembus dengan kekuatan diatas 120 km / jam
b. PENYEBAB
1. Perpindahan udara akibat adanya perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca.
c. CARA PERUSAKAN
- Dengan tekanan dan hisapan.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Bangunan yang ringan
- Pemukiman disekitar pantaio yang menghadap laut lepas.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
Daratan, pantau dan laut.
f. BISA DIRAMALKAN
- Ramalan ditentukan dengan mengamati catatan BMG, selain itu data kejadian bencana dimasa lalu dapat digunakan untuk mengetahui pola kejadian dimasa mendatang.
g. PERINGATAN DINI
1. Dikeluarkan oleh BMG Karen harus menggunakan satelit.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Kecepatan angin
i. MITIGASI BENCANA
- Membuat bangunan didaerah yang terlindung dari serangan badai.
6. GEMPA BUMI
a. PENGERTIAN
Pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
b. PENYEBAB
1. Pergerakan lempeng bumi.
2. Aktifitas gunung berapi
3. Aktifitas sesar dipermukaan bumi
4. Pergerakan geomorfologi secara lokal
c. CARA PERUSAKAN
- Energi getaran dirambatkan keseluruh permukaan bumi
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Pemukiman disekitar seismic
- Bangunan yang tidak tahan terhadap gerakan tanah.
- Kumpulan bangunan yang padat dengan tingkat hunian tinggi.
- Kurangnya informasi tentang resiko gempa
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
Di daerah yang pernah mengalami gempa atau memiliki riwayat gempa dalam periode 100 tahun.
f. BISA DIRAMALKAN
- Ramalan gempa bumi dapat diketahui dengan cara mengevaluasi catatan gempa masa lalu dan pengamatan pengukur seismic.
g. PERINGATAN DINI
1. Kejadian mendadak ( belum ada metode yang akurat untuk mengetahui gempa )
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Lamanya terjadi gempa.
2. Lokasi pusat gempa.
3. Kedalaman sumber gempa.
4. Kekuatan / skala gempanya
5. Intensitas gempa bumi ( MMI )
i. MITIGASI BENCANA
- Zonasi daerah rawan gempa.
- Bangunan sesuai konstruksi tahan gempa.
- Pendidikan masyarakat tentang kewaspadaan gempa.
7. TSUNAMI
a. PENGERTIAN
Gelombang air laut pasang yang sangat besar.
b. PENYEBAB
1. Gangguan impulsive didasar laut : Gempa tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
2. Letusan gunung berapi didasar laut dan gunung api pulau.
c. CARA PERUSAKAN
- Tsunami menimbulkan gelombang dengan kecepatan yang sebanding dengan kedalaman laut, semakin mendekati garis pantai akan semakin besar.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Pemukiman di daerah pantai.
- Konstruksi bangunan tidak tahan terhadap terjangan tsunami.
- Ketidak sadaran public bahwa kekuatan tsunami dapat merusak.
e. DIMANA BENCANA TERJADI
- Di daerah pantai, setelah terjadi gempa yang berpotensi tsunami.
f. BISA DIRAMALKAN
- Pengawasan dilakukan melalui system peringatan tsunami di pasifik yang memantau aktivitas seismic. Data peristiwa masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi.
g. PERINGATAN DINI
- Gelombang air laut dating secara mendadak dan berulang denganm energi yang besar.
- Terjadi susut laut
- Tsunami terjadi begitu mendadak, dan dapat terjadi kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bawah laut.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Ketinggian tsunami.
2. Luas daerah yang tersapu tsunami.
i. MITIGASI BENCANA
- Pembangunan tsunami early warning system
- Pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami.
- Pembangunan tembok penahan tsunami / pemecah gelombang pada garis pantai.
- Penanaman hutan mangrove.
8. LETUSAN GUNUNG BERAPI
a. PENGERTIAN
Magma yang didorong keluar lewat lubang vulkanis oleh arus konveksi panas
b. PENYEBAB
1. Akumulasi tekanan dan temperature dari fluida magma yang menimbulkan pelepas energi.
2. Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng / kulit bumi.
3. Pancaran magma dari dalam bumi yang bergabung dengan arus konveksi panas.
c. BAHAYA UTAMA
- Awan panas : campuran material letusan antara gas dan batuan yang menyusuri lerang dengan kecepatan 70 km / jam dan temperature 700 derajad celcius.
- Lontaran material pijar.
- Hujan Abu lebat.
- Lava : magma yang mencapai permukaan, bersifat cair dengan temperature 700 – 1200 derajad celcius.
- Gas beracun
- Tsunami, apabila yang meletus gunung berapi pulau atau gunung berapi dasar laut
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Pemukiman berada dilereng gunung berapi.
- Pemukiman dijalur lahar.
- Bangunan yang tidak tahan dengan tumpukan abu.
- Tidak ada rencana evakuasi.
- Tidak ada system peringatan dini.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
Daerah gunung berapi
f. BISA DIRAMALKAN
- Ramalan dilakukan dengan mempelajari data gunung berapi yang aktif dan catatan sejarah gunung berapi. Penelitian geologi, geofisika dan geokimia dapat mengetahui aktifitas gunung berapi. Pembacaan seismograf
g. PERINGATAN DINI
1. Adanya perubahan aktivitas gunung berapi : letusan, asap atau gempa vulkanik.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Besaran letusan.
2. Jenis letusan
3. Arah aliran material.
4. Volume material yang disemburkan.
5. Lamanya letusan terjadi.
6. Radius jatuhnya material.
i. MITIGASI BENCANA
- Membuat bangunan yang dapat menahan tumpukan abu.
- Membuat barak pengungsian.
- Menghindari tempat yang dapat dilalui lahar.
- Meningkatkan pemahaman kewaspadaan bencana gunung berapi.
9. WABAH PENYAKIT
a. PENGERTIAN
Peristiwa berjangkitnya penyakit dimasyarakat yang jumlah penderitanya meningkat melebigi keadaan yang lazim.
b. PENYEBAB
1. Kondisi yang tidak bersih.
2. Menurunnya kualitas gizi.
3. Keracunan.
4. Toksin ( kimia dan biologi )
5. Infeksi ( virus, bakteri, protozoa dan cacing )
c. CARA PERUSAKAN
- Rasa sakit.
- Cacat.
- Kematian.
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Kemiskinan.
- Kurangnya kekebalan terhadap penyakit.
- Gizi buruk
- Kualitas makanan dan air bersih yang buruk.
- Penyakit yang tahan terhadap obat.
- Bantuan medis yang tidak terorganisir dengan baik.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
Dapat terjadi dimana saja
f. BISA DIRAMALKAN
- Dilakukan melalui kajian pemetaan factor resiko terjadinya wabah, pemetaan populasi beresiko dan studi epidemiologi.
g. PERINGATAN DINI
1. Penularan penyakit dalam jumlah yang masih kecil.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
- Tingkat kesakitan, jumlah penderita, jumlah kecacatan, jumlah kematian dan kecepatan penularan.
i. MITIGASI BENCANA
- Penyuluhan hidup sehat.
- Pusat pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
- Perbaikan gizi.
10. POLUSI LINGKUNGAN
a. PENGERTIAN
Pencem aran lingkungan oleh gas, cairan dan benda padar.
b. PENYEBAB
1. Pembuangan limbah rumah tangga sembarangan.
2. Pembuangan limbah industri sembarangan.
3. Pembuangan limbah rumah sakit sembarangan.
4. Proses industri yang menghasilkan limbah gas.
5. Kendaraan bermotor yang semakin banyak.
6. Pemanasan global.
c. CARA PERUSAKAN
- Mencemari tanaman, udara dan air.
- Mengganggu kesehatan karena kontaminasi racun ataupun kontak langsung
d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA
- Industrialisasi yang tinggi.
- Tidak ada pengolahan limbah.
- Penegakan hokum yang lemah bagi perusak lingkungan
- Kesadaran untuk menjaga lingkungan yang kurang.
e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI
- Bantaran sungai.
- Daerah pertambangan.
- Daerah sekitar pabrik.
- Kawasan pertanian yang banyak menggunakan pestisida.
f. BISA DIRAMALKAN
1. Mengamati perkembangan industrialisasi dan pertambangan.
g. PERINGATAN DINI
- Matinya ikan disungai tempat pembuangan limbah.
- Tidak ada burung dikawasan yang diduga tercemar.
- Gangguan kesehatan ( kulit, pernapasan atau diare ) yang dirasakan oleh masyarakat semakin meluas.
- Sumber air menjadi bau.
h. UKURAN ANCAMAN BENCANA
1. Jenis gangguan kesehatan.
2. Luas daerah yang tercemar.
i. MITIGASI BENCANA
- Menetapkan standart pengelolaan limbah.
- Menanam pohon.
- Menetapkan kebijakan yang memproteksi ketersediaan air bersih.
Minggu, 19 Februari 2012
Kode Etik Pecinta Alam Indonesia
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat
Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan
tanah air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian
dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran
menyatakan :
- Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam
sesuai dengan kebutuhannya - Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
- Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat
sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya - Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam
sesuai dengan azas pecinta alam - Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan
pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air - Selesai
Disyahkan bersama dalam
Gladian Nasional ke-4
Ujung Pandang, 1974
Kamis, 09 Februari 2012
ANAPHALISH JAVANICA
Aku hanya edelweiss di tepi jurang
Jangan meraih ku tanpa keyakinan
Jangan mencintaiku untuk berharap banyak dari ku
Aku hanya edelweiss di tepi jurang
Jangan menggapai ku,bila hanya menjadikan ku beban bagimu
Kerena berat rensel mu tanapa aku pun,
Telah cukup membuatmu letih diperjalan mu
Aku hanya edelweiss kering di tengah lelah kerapuhan mu
Keabadian ku dalah kelemahan terbesar ku
Berdebu walau tak layu
Kusam hingga nanti kau rasa bosan
Aku mungkin,edelweiss di puncak kesendirian mu
Jangan mencariku tanpa kompas yang jelas
ena aku selalu bersembunyi di jurang2 kesendirian mu
Raih aku dengan keyakinan mu
Hingga kau mampu mencintaiku
Tanpa berharap banyak dari keabadianku
Gapai aku dengan jiwa mu
Hingga kau tak letih diperjalanan mu
Atau biarkan aku abadi
Di jurang-jurang kesepaian ku,dan k au di puncak kesenderian mu
KEMARAU MAHAMERU
Akhirnya setelah menunggu satu setengah jam pesawat Sriwijaya Air yang saya tumpangi bersama Bang bojez dan kang sepep mengudara juga diatas langit Juanda menuju Malang Jawa Timur. Langit pagi ini sedikit berkabut, namun setelah pesawat mencapai ketinggian cruisingnya keadaan langit berubah menjadi warna biru bersih dengan beberapa awan Cirrocumulus yang tersebar dibeberapa tempat. Keterlambatan satu setengah jam dari jadwal yang seharusnya pasti akan membuat kami terlambat juga sampai di Tumpang. Mendekati kota Malang dari jendela kabin terlihat jelas sosok Sang Mahameru tegak berdiri dan seperti biasa kepulan asap yang mengandung debu dan pasir atau yang dikenal juga dengan sebutan "wedus gembel" selalu keluar dari kepundannya.
Tidak sabar rasanya untuk segera menyentuh pasir halus di puncak tertinggi pulau Jawa ini. Pesawat yang kami tumpangi mendarat mulus di lapangan udara kota Malang (sorry nama bandaranya lupa) hehehehe, sepi sekali hanya pesawat kamilah satu-satunya pesawat komersil yang mendarat di bandara ini mungkin inilah yang menyebabkan tiketnya lebih mahal dari pada tiket pesawat ke kota lain, padahal jika dihitung jarak tidak begitu berbeda. Tak lama kemudian kami sudah berada di ruang tunggu bandara, tidak seperti bandara lainnya, Bandara kota Malang ini tidak memiliki ban berjalan untuk mentransfer bagasi. Maka jadilah kami harus mengambil sendiri barang-barang kami dari gerobak yang diparkir di pinggir Bandara. Kang sepep yang merupakan satu-satunya peserta dari Jogjakarta dalam group kami, tertawa terkekeh-kekeh melihat fasilitas Bandara ini, dan saya sempat ngeles dengan mengatakan "terang aja ini kan bandara kecil dari sebuah kota yang tidak begitu populer dicapai via udara".
Tidaklah susah mendapatkan kendaraan menuju Tumpang dari bandara kecil ini. Dengan hanya mengeluarkan Rp.50.000,- kami bertiga sudah bisa duduk nyaman didalam mobil kijang ber AC yang segera melesat menuju Tumpang dimana beberapa teman kami sudah menunggu. Tumpang adalah sebuah kota kecil yang terletak tidak begitu jauh dari Malang dan kota kecil ini merupakan tempat dimulainya perjalanan yang mendebarkan menuju Desa terakhir di kaki Mahameru yaitu Desa Ranu Pane. Saat memasuki pasar Tumpang, mobil kami berhenti persis di depan Alfa Mart, tempat dimana kami berkumpul dengan para member HC yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Disana sudah ada Mba Nia dan Pak Iyan dari Bandung, Andreas dari Surabaya, Bli Ketut Ermil dari Bali, Pram, Tosani, Yadi, Nana, dan Lili dari Jakarta. Tak lama kemudian Mba Endah dari Kalimantan yang datang bareng dengan Tina dari Bandung, Maulana datang bareng Rizky. Segera setelah itu kami mulai meloading carrierl-carriel besar kami keatas Jeep yang akan kami pakai menuju Ranupane. Lepas tengah hari kami berangkat, sebetulnya masih ada rekan dari Surabaya yang belum datang yaitu Rara, Yeni, Yoni dan Tanty. Akan tetapi menurut Rizky mereka akan datang menyusul besok langsung ke Ranu Pane.
Jeep hardtop merah penuh muatan carriel gede dan manusia-manusia HC mulai bergerak meninggalkan Tumpang dan sejenak kami berhenti di Gubuk Klakah untuk mengurus perijinan, kemudian setelah itu kami meneruskan lagi perjalanan menuju Desa Ranupane. Memasuki tanjakan curam kawasan pegunungan Bromo Semeru, jeep kami mulai sedikit terseok-seok, akan tetapi tetap bisa melaju dengan bantuan ganjelan pada ban mobil yang selalu dipersiapkan oleh keneknya. Selepas jalan beraspal kami dihadapkan pada jalan yang penuh debu, agaknya musim kemarau sudah melanda kawasan Jawa Timur ini. Debu tebal memenuhi belakang mobil, Nana dan Yadi yang tadinya enjoy duduk berjuntai kaki di belakang kap mobil, kini terpaksa ikut bediri dan masing-masing kami berusaha menutup rapat mulut dan hidung dari serangan debu. Meskipun begitu gelak tawa dan cela-celaan terus menghiasi perjalanan dengan jeep yang terkadang miring kekiri dan kekanan....
memasuki Ranupane, jam menunjukan pukul 3 sore dan sesuai dengan rencana kami menginap di Guesthouse tepatnya di rumah Akeko atau aku biasa memanggil nya dengan Bunda Akeko. Ranupane yang berlokasi persis didepan Danaunya. Sejenak saya memandang kearah danau dan desa Ranu Pane, tampak ada beberapa perubahan yang terjadi, terakhir saya mengunjungi Mahameru di tahun 2010, desa ini belum mempunyai Pura, sekarang sudah ada Pura Hindu nan cantik yang berdiri persis dipinggir danau dan agak menjorok sedikit kedalam. Setelah semua carriell kami ada di rumak bunda akeko, beberapa orang dari kami melakukan hiking kecil ke Danau Ranu Regulo yang berada tidak jauh dari danau Ranu Pane. Sekitar 15 menit jalan kaki akhirnya kami sampai di Danau Ranu Regulo, tampak sekali efek musim kemarau telah telah membuat surut air danau Ranu Pane dan Ranu Regulo ini. Yadi, Pram, Tosani, Bang Bojez dan Bli Ketut Ermil memutuskan akan mandi, mungkin mereka terpancing oleh karena adanya beberapa penduduk setempat yang tengah asyik mandi. Selagi mereka mandi beberapa shoot paparazi berhasil saya dapatkan termasuk salah satunya pose terkenal dari "Si kolor hijau".......
Malam harinya sesuai dengan rencana, Regu 01 dengan ketua Yadi dan beranggotakan Lili, Bang Bojez,Kang Sepep dan saya mulai sibuk packing ulang, begitu juga dengan teman-teman regu lainnya. Bang Bojez memutuskan untuk menyewa satu porter untuk dirinya, akhirnya saya juga memutuskan untuk melakukan hal yang sama agar saya bisa bebas mebuat dokumentasi Video Mahameru jadi jika saya tidak membawa beban akan lebih memudahkan untuk bergerak mendokumentasikan pendakian ini. Malam jatuh semakin larut selesai kami semua packing, acara berlanjutkan dengan acara ngobrol dan ceng-cengan. Saat mata mulai mengantuk karena rasa capek setelah seharian perjalanan dan juga suhu yang dingin sekitar 10 serajat didalam rumah bunda Akeko membuat mata tidak bisa diajak kompromi lagi, akhirnya sayapun menyusul, Andreas, kang sepep dan Bang Bojez yang telah dulu terlelap didekap Sleeping bagnya. Mungkin karena suhu yang dingin tempat tidur berkasur ini terasa begitu dingin, dan seperti yang lainnya sayapun memutuskan untuk tidur dengan memakai sleeping bag. Semetara teman-teman yang lain masih asyik ramai mengobrol di ruang tengah.
Pagi yang dingin, sempat saya melirik thermometer yang menggantung pada resleting tas camera,…… uhh… gile benerrrr, 5 derajad celcius….!!! Gimana semalam ya.., pasti lebih dingin lagi tapi syukurlah saya bisa tidur lelap dibungkus oleh kepompong sleeping bag tadi malam. Perlahan saya keluar kamar sembari menenteng tas camera. Danau Ranu Kumbolo pagi ini meyuguhkan pemandangan yang memukau, airnya seperti berasap sementara cahaya mentari pagi jatuh diatasnya sehingga menimbulkan kesan spotlight-spotlight putih yang indah sekali. Tidak henti-hentinya shutter camera saya pencet mengabadikannya, hal serupa juga terjadi pada teman-teman yang lain, seakan mereka terpukau dan tak puas-puas mengabadikannya.
Dinginnya pagi ini membuat saya hanya melakukan setengah dari ritual pagi, dan tak lama kemudian kami mulai sibuk bersiap packing, sementara porter yang akan kami sewa sudah mulai berdatang dan siap untuk membawa sebagian dari perlengkapan dan logistik kami. Rombongan kami bertambah empat orang lagi hari ini, yaitu: Yoni, Tanti, Rara dan Yeni. Mereka dari Surabaya. Tapi salah seorang dari mereka yaitu Yeni berasal dari Jakarta dan kamipun segera membaur. Hari ini makan pagi masih kami lakukan di warung milik bunda.
Sekitar jam sembilan pagi kami memulai perjalanan pendakian, semua teman-teman tampak ceria sekali dan ritual ceng-cenganpun sesekali terdengar menghiasi langkah-langkah kami. Tapi kondisi ini tidak berlangsung lama karena begitu jalan setapak mulai mendaki, lambat laun kamipun terpecah jadi beberapa kelompok, namun berkat adanya dukungan radio komunikasi semuanya tidak masalah. Dan perjalanan pendakian pun terus berlanjut. Selain rombongan kami ada beberapa rombongan lain yang mendaki termasuk diataranya satu group turis asing, dan saat porter mereka melewati kami, tiba-tiba saja Kang sepep tertawa-terkekeh-kekeh. Selidik punya selidik ternyata penyebabnya adalah tas milik group turis yang dibawa porter mereka adalah tas koper beroda yang biasa dipakai buat traveling. “Hendri-san apa ada airport disini ya….???hahahahahahaha…..” begitu kata Sato-san tertawa geli sambil menunjuk kearah porter yang tengah melewati kami.
Sesekali kami beristirahat, rupanya ada beberapa tempat di jalur antara Ranupane dan Ranukumbolo ini yang bisa menangkap sinyal Telkomsel. Maka jadilah setiap berhenti kami sibuk dengan HP masing-masing, mengirim kabar pendek kepada orang-orang yang dekat dihati, tapi untuk saat ini jauh dimata. Terutama Bang Bojez yang paling heboh karena sinyal HP telkomselnya kesedot sama Mba Endah. dan Tina “lho …… kok bisa…?????” ternyata hanya joke buat beliau berdua, karena memang Mba Endah dan Tina bekerja di Telkomsel, sehingga diledek dengan sebuatan yang punya sinyal.
Keadaan jalur trek di lintasan ini landai dan tidak sulit, tampak sisa-sisa pohon rubuh dan semak belukar yang sudah dipangkas habis, sehingga bagi yang bawa carriel tinggi tidak perlu lagi harus berjongkok dan menunduk untuk menghindari bentangan pohon dan rimbunya semak belukar tersebut. Rupanya sebelum dibuka kembali pihak taman nasional sudah membersihkan jalur pendakian ini. Seperti yang di infokan oleh Pak Iyan, salah anggota komunitas HC dari Bandung yang juga merupakan petugas dari Vulkanologi Bandung dan person in charge untuk pemantauan gunung Semeru ini. Seminggu sebelum event ini Pak Iyan sudah berada di puncak Mahameru untuk memasang peralatan vulkanologi guna pemantauan lebih lanjut, dan akhirnya rekomendasi Mahameru aman didaki dikeluarkan juga oleh pak Iyan via kantornya di Bandung. Alhasil event pendakian bersama HC ke Mahameru tidak mengalami hambatan untuk dilaksanakan. Walaupun sebelumnya beberapa teman meragukan event ini bisa dilaksanakan sehubungan dengan masih tertutupnya Mahameru untuk didaki. Tapi karena saya dapat info up date terus dari Pak Iyan via Mba Nia, semua kekhawatiran itu berhasil ditepis, “Tenang aja, pas event kita akan dilaksanakan Pak Iyan akan mengririmkan rekomendasi Mahameru layak didaki pada taman nasional, jadi event kita bisa dilaksanakan……” begitu komentar saya saat beberapa teman menyampaikan kekhawatiran mereka tentang masih tertutupnya Mahameru untuk didaki.
“Bang itu Ranu kumbolo..” suara saya memecah kesunyian yang hanya diisi oleh suara nafas dan langkah kaki, Bang Bojez berhenti sejenak dan tak kala kabut tersibak tampaklah Danau berair biru kehijauan dan dikelilingi oleh perbukitan yang yang hanya ditumbuhi beberapa cemara dan dibeberapa tempat malah hanya oleh ilalang. Inilah pemandangan yang selalu di rindukan oleh para pendaki gunung setiap mendatangi gunung ini. Ranu Kumbolo, merupakan bahasa Jawa kuno yang bisa diartikan sebagai “Danau Pengembala” di tepi danau ini terdapat sebuah peninggalan berupa prasasti yang diperkirakan berasal dari jaman Majapahit. Saat jalan setapak menurun mendekati danau ini maka disebelah kanan akan terlihat sebuah padang savana yang bernama Pangonan Cilik nama ini juga diartikan sebagai “Padang pengembalaan kecil”. Mungkin dulunya Danau dan Savana tersebut tempat orang-orang pengembalakan ternaknya.
Saya merekam beberapa gambar video dengan figure Bang Bojez, Lili dan Nhanha dan kemudian kamipun mulai menuruni bukit mengikuti jalan setapak menuju danau, ditengah jalan saya bertemu dengan Ketut Ermil yang tengah mengabadikan gambar pakai handycamnya, saya jadi tergoda untuk minta tolong dia mengambil moment dengan figure saya juga. Dan setelah beberapa shoot, tiba-tiba dia seperti orang kehilangan mencari-cari sesuatu smabil bergumam dengan dialek Balinya yang khas.. “Tongkat saya dimana..?? …… dimana tongkat saya…????” Oooo… rupanya dia tengah mencari trekking pole nya yang etah dimana dia letakan. Saya membantu sebentar kemudian berinisiatif untuk mengejar Nhanha siapa tahu tongkatnya Bli’ Ermil ini dibawa dia. Segera saya lari menuruni bukit kearah danau dan setelah saya sampai disana, benar juga Nhanha, Lili dan Bang bojez tengah istirahat di danau dan ditangan Nhanha tampak trekking polenya Bli’ Ermil. Saat saya ceritakan bagaimana Bli’ Ermil cemas mencari tongkatnya sembari terus beergumam dengan dialek Balinya…, mereka bertiga tertawa terpikal-pikal….. “Bli……., tongkatnya ada sama Nhanha…!!!!” teriak saya kea rah Bli’ Ermil yang masih mengais-ngais rumput diatas bukit mencari tongkatnya…
Kembali saya meneruskan perjalanan ke lokasi tempat biasa dipakai ngecamp yaitu dipinggir danau disebelah selatan, disana tampak setangah dari rombongan kami sudah sampai dan tengah beristirahat.
Keheningan Ranu Kumbolo mulai buyar oleh gelak tawa dan suara-suara canda dari kami, yang sibuk mendirikan tenda. Dengan mengambil lokasi di sisi utara danau kami mendirikan tenda berjejer menghadap ke danau dan dibelakang kami tegak berdiri tanjakan cinta. Mungkin anda akan bertanya-tanya kenapa tanjakan tersebut dinamakan tanjakan cinta. Konon, jika mendaki tanjakan tersebut dengan satu ritme nafas alias tanpa berhenti dan tanpa menoleh kebelakang hingga sampai diatas puncak bukit tanjakan tersebut, maka apa yang anda cita-citakan tentang cinta akan tercapai. Percaya atau tidak semua terserah anda.
Sebagaimana layaknya sebuah basecamp, sore ini kesibukan mulai terlihat, suara detingan nesting dan gemuruh suara kompor gas dari aktivitas masak memasak mulai terdengar, dan perlahan tapi pasti malam mulai jatuh di Ranu Kumbolo seiring dengan suhu yang mulai terasa semakin dingin. Beberapa teman memilih untuk memasak didalam tenda, beberapa diantaranya diluar tenda, termasuk regu saya. Lili, satu-satunya cewek di regu kami dan merupakan mami dari regu kami sibuk sekali memasak tapi mulutnya tak kalah sibuk juga dengan suara kicauannya menghiasi suasana malam yang semakin sepi di Ranu Kumbolo. Malam ini langit penuh bintang, meskipun dinginnya mengigit sayang sekali melewatkan moment seperti ini. Beberapa teman tampak asyik mencari kehangatan didekat api unggun yang dibuat oleh para porter kami.
“Uuuhh… bau nasi gosong nih…!” teriak seseorang dari dalam tenda, selidik punya selidik ternyata yang gosong adalah nasinya Lili, rupanya dia tidak terbiasa memasak nasi dengan memakai kompor Trangia, berhubung perut lapar apa boleh buat, nasi yang berkerak tebalpun jadi tetap enak. Selesai makan semua kembali melakukan ritualnya masing-masing, ada yang asyik ngobrol di tenda, di api unggun dan ada juga yang menjadi romantis mengamati bintang-bintang di langit. Tak lama kemudian bulanpun muncul dari arah balik bukit di Ranu Kumbolo, perlahan sinar keperakannya jatuh menerangi permungkaan danau Ranu Kumbolo. Suhu semakin dingin, akhirnya saya tak tahan dan masuk tenda menyusul Kangg sepep yang sudah terlebih dahulu terlelap dalam dekapan sleeping bagnya, teman-teman yang lain rupanya juga sudah mulai terlelap. Keheningan dan suhu yang dingin membuat kami segera terlena dalam dekapan mimpi masing-masing.
Saya terbangun saat mendengar suara teriakan seseorang dekat dari tenda saya, rupanya sudah pagi, Kang Sepep masih tidur, perlahan saya membuka pintu tenda dan menyembulkan kepala keluar tenda. “ah….. pagi yang indah” gumamku. Tangan saya terasa dingin saat menyentuh lembar flysheet tenda, setelah saya perhatikan dengan cermat rupanya pada lembar flysheet tersebut terdapat embun yang membeku warnanya putih. Saya buru-buru keluar tenda ingin memastikan lagi, ternyata benar semua tenda memutih atapnya karena adanya embun yang membeku disana. Pasti suhu semalam dingin sekali. “Di vestibule tenda saya aja suhunya 2 derajat bang…” kata Rizky memberi penjelasan saat kita ramai-ramai membicarakan embun yang membeku ini. Sementara Nhanha, tampak senang sekali tenda barunya terlihat lain dengan lapisan embun beku, dia menggores lapisan embun beku tersebut dengan menuliskan namanya dan merekamnya dengan handycam. Bau udara pagi yang masih terasa tidak menghambat aktivitas kami, kembali suasana basecamp Ranu kumbolo dihiasai suara nesting dan raungan kompor gas serta gelak tawa kami. Sarapan pagi sedang disiapkan, sebelum melanjutkan perjalanan perut kami harus diisi karena perjalanan hari ini masih cukup jauh. Target hari ini adalah mencapai Arcopodo dan menginap disana.
Sekitar jam 10 pagi satu persatu rombongan kami melanjutkan perjalanan, seperti biasa Rizky dan Yadoet merupakan rombongan paling belakang karena mereka merupakan sweaper team kami. Tampak iring-iringan rombongan kami berjejer menapaki tanjakan cinta, ternyata diantara mereka ada juga yang berhenti ditengah dan melihat kebelakang, tapi ada juga yang tetap mendaki tanpa berhenti dan menoleh kebelakang. Saat sampai diatas tanjakan cinta, jika kita melemparkan pandangan kebelakang maka tampaklah hamparan keindahan dari Ranu Kumbolo. Dan jika kita terus melangkah maka keindahan lain akan menyergap kita yaitu hamparan padang rumput Oro-oro Ombo dan terlihat dikejauhan puncak Mahameru yang sesekali mengeluarkan letusannya atau yang dikenal dengan sebutan “Wedus Gembel”. Padang rumput Oro-oro Ombo luasnya kuirang lebih 100 hektar dan berada pada lembah yang dikelilingi oleh bukit-bukit gundul yang ditumbuhi ilalang dan beberapa pohon cemara gunung. Saya berhenti sejenak mengabadikan perjalanan teman-teman lewat lensa handycamp dan camera, dan kemudian berdiri memejamkan mata menikmati semilir angin sejuk yang behembus lembut dan terasa sejuk dibadan yang mulai berkeringat karena perjalanan serta panas matahari pagi yang mulai membakar. Saya berusaha mengejar ketertinggalan dari teman-teman yang sudah mendahului, kami hanya memiliki sepasang radio komunikasi, satunya dipegang Rizky dibelakang dan satunya dipegang saya. Jadi otomatis saya harus berada didepan. Singkat kata setelah melewati hutan semak belukar dan cemara di Cemoro kandang, akhirnya saya berhasil menyusul mereka di Blok Jamblangan. Sesekali saya mengadakan kontak dengan Rizky. Dari Blok Jamblangan masih ada beberapa padang rumput kecil yang harus dilewati sampai akhirnya kita akan melewati padang rumput terakhir yaitu padang rumput didaerah Kali Mati. Disini terdapat sebuah pondok kecil, akan tetapi keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Saat kami sampai disana terlihat banyak porter yang istirahat rupanya, mereka adalah para porter rombongan turis bule yang pakai koper beroda kemaren. Kami beristirahat dibawah rindangnya pohon cemara tidak jauh dari pondok. Saya melakukan beberapa koordinasi kecil dengan Rizky, akhirnya diputuskan rombongan yang sudah dulu sampai Kali Mati agar terus mendaki hingga Arcopodo dan para porter kami suruh untuk mengambil air di Sumber Mani untuk persediaan di Arcpodo nanti. Sumber Mani merupakan satu-satunya lokasi sumber air di blok kali mati ini, dan berada tidak jauh dari Kali Mati.
Beberapa orang dari rombongan kami sudah melanjutkan perjalanan menuju Arcopodo, dan tak lama kemudian saya pun lanjut bersama Bang Bojez dan Rara. Dipenghujung savana Kali Mati ini jalut trek menurun kemudian masuk kedalam hutan pinus dan perlahan jalur trek tersebut menjadi menanjak. Musim kemarau yang kering mebuat jalur trek Mahameru menjadi sangat tebal dengan debu. Rizky kembali kontak menginformasikan ada lokasi yang bagus buat mendirikan tenda sedikit lebih keatas dari Arcopodo. Sampai di Arcopodo saya tidak mendapati teman-teman rupanya mereka telah sampai dibawah “Kelik” akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di lokasi itu saja. Suara deru angin yang melewati daun cemara gunung terdengar menderu-deru mengiringi kami yang tengah sibuk mendirikan tenda. Tak lama kemudian satu persatu teman-teman kami mulai berdatangan dan ikut-ikutan sibuk mendirikan tenda. Karena keterbatasan air, malam ini kami tidak memasak seheboh di Ranu kumbolo, kami labih memilih memasak makanan yang tidak banyak memakai air. Sementara Kang Sepep memilih memakan bekal Nasi instant. Selesai makan kami tidak berlama-lama diluar, segera kami masuk tenda. Malam ini saya dan Kang Sepep mendapat tambahan teman, Rara mengunsi ke tenda kami, karena jumlah penghuni tenda kami bertambah, ini membuat tenda jadi semakin hangat. “Panas..ya… panas sekali ya…..” berkali-kali Kang Sepep bergumam. Sayapun merasakan hal yang sama, sementara Rara tidur dengan lelapnya ditengah-tengah kami berbungkus sleeping bagnya. Jaket fleece yang kami kenakan terpaksa harus dilepas agar tidak terlalu panas dan akhirnya saya bisa juga terlelap sementara diluar suara angin yang bertiup kencang di lembah sana mengeluarkan bunyi yang meraung-raung. Kami harus cepat tidur karena dini hari jam 03.00 nanti perjalanan summit attack akan dimulai. dan tak lama kemudian kembali kesunyian menyelimuti lokasi basecamp kami.......
Saya terbangun dan merasa gerah sekali, leher dan kening saya berkeringat. Segera saya duduk., “panas ya….” Kembali suara Kang Sepep terdengar. Memang panas sekali sementara Rara masih tertidur pulas dibalik sleeping bagnya. “Jam berapa sekarang Kang?” tayanya ku, Kang Sepep melihat jamnya dan berkata “sudah jam 01.40 ya…” Harus bangun nih, batin saya. Perlahan saya menyingkirkan sleeping bag yang sekarang terasa membuat gerah, dan keluar dari tenda. Sementara angin di bawah lembah sana terdengar masih menderu-deru. Beberapa teman sudah bangun dan mulai bersiap-siap, setelah badan terasa tidak begitu gerah lagi saya kembali masuk tenda dan mempersiapkan beberapa item yang akan dibawa ke puncak nanti.
Setelah selesai sarapan ala kadarnya kami semua sudah siap untuk berangkat, jarum jam menunjukan angka 02.30 saaat kami berkumpul membentuk lingkaran dan berdoa sebelum melakukan pendakian ke puncak. Tak lama kemudian iring-iringan kami mulai menapaki jalan setapak yang dikiri-kanannya berupa jurang yang menganga. Saya berjalan paling depan kemudian diikuti oleh Andreas yang membawa bendera rute. Bendera rute yang disiapkan Rizky ini memang sengaja sudah kami rencanakan karena mengingat rute pendakian menuju puncak Mahameru berupa tanjakan pasir yang terkadang membuat pendaki kesasar saat menuruninya, apalagi jika kabut tebal menghalangi pemandangan maka tidak jarang pendaki yang kesasar atau turun ke punggungan yang salah. Pada rombongan kami ini banyak yang baru mendaki Mahameru, jadi saya merencanakan untuk memakai bendera rute untuk mengatasi masalah ini. Bendera rute atau istilah mountaineeringnya disebut dengan “Wands” ini bisa terbuat dari bahan kayu atau bambu dan biasanya diikatkan kain merah atau pita warna merah, panjang tiangnya bisa sekitar setengah hingga satu meter. Wands ini banyak dipakai pada pendakian gunung-gunung bersalju untuk menandai rute pendakian dan memudahkan pendaki menelusurinya saat turun, ini akan menghidari pendaki agar tidak tersasar atau salah jalur. Juga pada pendakian bersalju, Wands ini bisa digunakan juga untuk menandai daerah berbahaya seperti craves-craves atau jurang-jurang salju yang tersembunyi.
Pendakian masih berlanjut sesekali saya menoleh kebelakang tapak sinar headlamp bergerak perlahan dan beriringan. Gerakan pendakian kami memang pelan sekali karena medan pendakian yang terjal serta berpasur halus. Cukup menguras tenaga karena setiap kaki melangkah naik maka akan merosot setengahnya. Pada jarak-jarak tertentu bendera rute saya tancapkan, tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat, selama tidak terlalu jauh dari jarak pandang. Pendakian kepuncak terus berlanjut, semetara bias merah mentari pagi yang mulai perlahan tapi pasti mulai merebak di ufuk timur. “Wah.., ngga mungkin nyampe puncak pas sunrise nih..” gumam saya sambil terus berusaha melawan tanjakan berpasir yang terus membuat kaki merosot turun. Dan benar saja, akhirnya bias merah tersebut semakin nyata, untunglah saya sudah cukup tinggi posisinya dan bisa mengabadikan saat mentari mulai menyembul sebagai sebuah bola berwarna merah dan perlahan cahayanya mulai merebak terang, jika kita edarkan pandangan tampak jelas pegunungan Bromo dan gunung Arjuno-Welirang serta beberapa gunung lainnya.
Puncak sudah terlihat, saya mempercepat langkah diikuti oleh Bli Ermil, Rara, dan Andreas, Tepat jam 06.00 pagi akhirnya rombongan pertama Saya, Ermil, Rara, Andreas, Lili, Pram dan lainnya sampe puncak, kemudian perlahan satu persatu rombongan kami lainnya mulai sampai. Puncak Mahameru merupakan sebuah dataran yang cukup luas dan berpasir halus. Disini bisa kita temukan 3 buah memorium/prasasti untuk mengenal pendaki yang gugur di puncak Mahameru ini. Satu prasasti ditujukan buat Soe Hok gie dan Idham Lubis anggota Mapala UI yang meninggal tahun 1969, yang kedua untuk dua orang karyawan Direktorat Volkanologi Indonesia yaitu Ir. Asep wildan dan Mukti yang meninggal saat menunaikan tugas pengamatan di puncak mahameru ini, sedangkan yang ketiga ditujukan untuk mengenang seorang pendaki yang bernama Deny Habo.
Setelah bersalaman dan seprti biasa layaknya kami mulai sibuk dengan kamera masing-masing. Dari puncak tertinggi pulau jawa ini kita bisa terlihat pantai selatan jawa, jejeran dataran tinggi Bromo Semeru, beberapa gunung-gunung di jawa tengah. Sementara kawah Mahameru yang bernama Jonggring Seloka setiap 15 – 30 menit sekali memuntahkan pasir dan terkadang mengandung material batu-batu yang dikenal juga dengan sebutan “Wedus Gembel”. Tak puas-puasnya kami menikmati dan mengabadikan indahnya pemandangan dari puncak Mahameru ini. Sayang sekali Pak Iyan dan Mba Nia orang vulkanologi yang juga member milis HC tidak lanjut naik sampai puncak, kalau mereka ikut naik sampai puncak pasti kita dapat ilmu tambahan lagi mengenai Mahameru ini. Beliau berdua kemaren hanya sampai Ranu Kumbolo, karena ijin cuti yang terbatas dari kantornya. Dari Pak Iyan kami mendapat informasi mengenai Wedus Gembel ini. Ternyata selang waktu keluarnya wedus gembel itu terkait juga dengan material yang dimuntahkan, yaitu jika selang waktu muntahan pertama ke muntahan berikutnya berjarak 15-30 menit maka kandungannya biasanya hanya pasir saja, tapi jika lebih dari 30 menit, maka bukan hanya pasir yang keluar tapi juga batu-batu dan menurut pak iyan tak jarang batu tersebut juga hinggap di puncak Mahameru, itulah yang menyebabkan meninggalnya rekan kerja pak Iyan di puncak Mahameru ini. Untuk itu diharapakan para pendaki hendaknya berhati-hati saat berada di puncak Mahameru ini.
Setelah semua anggota pendakian bersama ini sampai dipuncak, kami semua membuat foto keluarga bersama di latar belakang dengan wedus gembel yang membubung tinggi. Cukup lama kami dipuncak, dan sebelum jam 10.00 pagi kami sudah turun kembali menuju Basecamp kami di dekat Kelik. Perjalanan turun sangat menyenangkan karena kami tinggal merosot saja seperti main ski. Turun dari puncak hingga lokasi basecamp kami hanya saya tempuh sekitar 40 menit.. Dan setelah packing ulang kami semua segera turun kembali menuju Ranu Kumbolo dan menginap disana kembali.
Sekitar jam 03.00 sore saya, sampai di Ranu Kumbolo, Anreas, Ermil,Kang Sepep, Nhanha, Tina, Mba endah dan beberapa porter dusah sampai duluan. Anreas sudah mendirikan tenda, untuk saja porter saya sudah sampai jadi saya segera bisa mendirikan dua tenda dan tak lama kemudian Yoni sudah dating juga dan segera mendirikan tendanya. Satu persatu teman-teman kami mulai sampai, dan tak lama kemudian kembali areal basecamp Ranu Kumbolo telah dipenuhi lagi oleh tenda-tenda kami yang beraneka warna, serta suasana yang jadi meriah oleh celoteh dan suara rebut kami yang sibuk memasak dan sperti biasa atmosphere ceng-cengan kembali merebak mungkin karena lelahnya perjalanan panjang siang tadi, banyak diatara kami yang langsung terlelap setelah menikmati santap malam. Yah, perjalanan masih belum berakhir, etape Ranu Kumbolo hingga Ranu Pane masih menunggu esok harinya. Malam ini tidur harus selelap mungkin, dan seperti biasa suhu di ranu Kumbolo ini jauh lebih dingin dari pada Arcopodo, jadi sayapun mulai memakai pakaian tidur sehangat mungkin dan kemudian menyusup masuk Kedalam kehangatan sleeping bag.
Kali ini saya terbangun bukan karena gangguan dari suara berisik teman-teman, akan tetapi terbangun dengan sendirinya, kemudian saya mencoba bangun dan membuka resleting pintu tenda. Dari jendela plastic vestibule tenda terlihat air Danau Ranu Kumbolo memantulkan warna merah langit dipagi hari, masih sedikit gelap jadi saya memutuskan untuk terus berbaring didalam tenda dan sementara pintu tenda saya buka dan membiarkan pintu vestibule tenda tetap tertutup agar angin tidak menerjang masuk. Dari plastik pintu vestibule saya bisa dengan bebas memandang kearah Ranu Kumbolo, sembari duduk berbungkus sleeping bag., sesekali dan secara bergantian kamera dan handycam saya gunakan untuk mengabadikan suasana pagi ini. Sementara suara rutinitas pagi dari para pendaki gunung di Ranu Kumbolo ini mulai terdengar. Kang Sepep masih tertidur pulas seperti kepompong ulat, hanya suara nafasnya yang teratur saja yang terdengar. Tiba-tiba terdengar suara Ermil dengan logat khas Balinya menawarakan susu cokat bagi yang sudah bangun. “Mau..mau..mau..!!” teriak saya dari dalam tenda dan segera keluar, wah Ermil ini baik sekali dia merupakan salah seorang anggota milis highcamp dari Bali. Kehangatan dari susu coklat terasa mengaliri tenggorakan dan dada saya, sambil tetap memegang gelas saya edarkan pandangan kearah tenda teman-teman lainnya. Semua tampak sibuk denan ritual pagi masing-masing, sementara beberapa tenda masih tampak tertutup rapat, rupanya penghuninya masih tidur terlelap setelah perjalanan summit attack yang cukup panjang kemaren.
Hari ini adalah hari kelima, dan hari ini juga kami akan turun ke Ranu pane dan langsung menuju Cemoro Lawang Bromo dan menginap disana. Permungkaan air ranu kumbolo tampak beriak kecil dihembus oleh lembutnya angin gunung, langit biru cerah, sesayup mata memandang disekeliling danau ini tampak bukit-bukit gundul yang hanya ditumbuhi oleh ilalang, dan diarah yang berlawanan dari bukit tersebut tampak jejeran bukit yang ditumbuhi oleh cemara gunung. Tak lama setelah makan pagi, kami sudah mulai sibuk packing peralatan, dan kemudian satu persatu dari kami mulai menapaki jalan setapak turun kembali menuju Ranu Pane, seperti biasa Rizky, dan Yadi bersama dengan Yoni menjadi team sweaper kami dan akan berjalan dibagian belakang. Sekitar jam 14.00 siang satu persatu dari kami sampai juga di Ranu pane, dan segera kami menyerbu warung nasi bunda termasuk saya, padahal tadi di Ranu Kumbolo saya cukup banyak sarapan makan nasi goreng spesial hasil masakn Lili. Warung seketika ramai oleh kami yang kelaparan dan seperti kemaren pemilik warung ini tampak kewalahan melayani kami, nasi sayur lodeh segera memenuhi perut kami yang terasa kosong.
Jeep charteran kami yang kemaren sudah standby dan segera setelah semua barang selesai dimuat dan kamipun menaiki jeep hardtop ini dan kembali menelusuri jalan berdebu tebal yang melintasi perkebunan kol di Ranupane ini. Raungan mesin kendaraan bertenaga 4x4 ini memecahkan kesunyian lembah Ranu pane yang perlahan mulai tertinggal jauh di belakang. Saat sampai di pertigaan Bromo supir jeep meminta sebagian dari kami untuk turun karena dia khawatir dengan rem mobil ini yang mungkin tidak akan pakem jika diisi dengan muatan yang penuh, mengingat curamnya turunan yang akan ditempuh. Setelah daerah rawan dilewati kembali kami manaiki jeep tersebut dan segera melaju turun. Perjalanan semakin mengasyikan saat mobil jeep kami sampai hamparan dataran Bromo. Hamparan padang pasir bromo ini terhampar memanjang dan disebelah kiri tampak tegak berdiri deretan puncak-puncak pegunungan Bromo, sementara di sebelah kanan tegak berdiri dinding tebing curam, indah sekali.
Jarum jam menujukan pukul lima sore saat mobil kami sampai di Portal Cemoro Lawang. Malam ini kami akan menginap di penginapan “Cemara” karena besok pagi sekali kami berencana akan menikmati sunrise dari puncak Pananjakan. Ternyata hotel Cemara kamarnya banyak yang terisi, cukup repot juga mengatur pembagian kamar, dan akhirnya setelah semua setuju dengan pengaturan yang ditawarkan, ada yang sekamar berempat dan ada juga yang berdua, apa boleh buat toh hanya semalam ini. Mau tidak mau mandipun kami lakukan begiliran. Malam ini kami makan malam sembari merayakan ulang tahun dari Lili yang jatuh tepat saat berada di Ranu kumbolo tadi, Bang Bojez berinisiatif untuk membuat kejutan kecil buat Lili, dan sebuah kado sederhana perlambang tulusnya persahabatanpun telah disediakan. Seperti biasa suasana makan malam kami penuh dengan celoteh dan guyonan yang segar dari kami semua, sehingga dinginnya udara malam di Bromo ini jadi tidak begitu terasa, terlebih lagi buat maulana yang menjadi objek “Hot Spot” pada malam ini. Sebelum malam jatuh semakin larut kami sudah kembali kekamar, dan kembali berlayar kedalam mimpi masing-masing, serta kenangan seru tentang pendakian yang telah kami alami bersama di saat Kemarau di Mahameru.