Senin, 09 April 2012

SEJARAH PENCINTA ALAM

Sejarah Pecinta Alam dimulai: Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.

Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz.

Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.

Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam" (PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula–mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah bertukar pikiran yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA.

MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu MAPALA juga berarti berbuah atau berhasil. Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa : “Tujuan MAPALA ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”

Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya MAPALA UNIVERSITAS INDONESIA, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. MAPALA atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki MAPALA baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampungkampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.

HUTAN

hutan..

kau hasilkan udara segar

udara segarmu,seakan menghilangkan sekejap kepenakan ditubuh ku

hutan…

kau adalah sumber kehidupan

kau menghidupkan berbagai macam hewan di dunia ini

hutan..

kau adalah paru paru dunia

tanpa kau..

mungkin dunia ini akan terasa begitu panas,karna kau tidak dapat menyejukan nya kembali

tanpa kau..

mungkin hewan langka didunia ini tidak akan pernah kami lihat lagi,karna kau sudah tidak ada untuk menghidupkan mereka

hutan..

begitu banyak manfaat mu

aku berjanji akan melindungi mu

aku tidak akan pernah menyakitimu

karena engkau..kami dapat bertahan hidup..

jadi..kawan kawan lindungi lah hutan kita!!!!

MITIGASI BENCANA

MITIGASI BENCANA

Adalah tindakan-tindakan kita untuk mengurangi bahaya bencana sebelum bencana itu sendiri terjadi. Bencana bisa disebabkan oleh alam, manusia atau oleh keduanya yang mengakibatkan kerusakan alam, penderitaan manusia dan kerugian harta benda dan kerusakan fasilitas umum. Akibat bencana yang paling buruk adalah kematian dan penderitaan sakit yang berkepanjangan. Oleh karena itu bencana yang dapat terjadi secara luas dan mengakibatkan kerugian materiil maupun inmateriil, mendesak untuk dilakukan kegiatan yang dapat mengurangi bahaya bencana.

. Tujuan dari mitigasi bencana adalah untuk dapat mengurangi resiko yang dapat menimpa kehidupan manusia. Mitigasi dapat dilakukan apabila kita mengenal bencana itu bekerja, sehingga menimbulkan ancaman bahaya. Untuk mengenal bagaimana bahaya itu terjadi maka perlu adanya pengenalan dan pemahaman tentang sifat-sifat bencana yang mencakup :

1. Apa pengertian dari bencana ?

2. Apa penyebab bencana ?

3. Bagaimana cara perusakan bencana ?

4. Apa factor yang menambah ancaman bahaya bencana ?

5. Dimana bencana itu dapat terjadi ?

6. Apa bencana dapat diramalkan ?

7. Bagaimana peringatan dini yang perlu untuk menghadapi bencana ?

8. Apa ukuran ancaman bahaya ?

9. Apa saja yang terancam oleh bahaya bencana ?

10. Bagaimana Mitigasi bencana yang perlu dilakukan ?

Bencana menyebabkan resiko bencana bagi kehidupan manusia. Besar kecilnya resiko tersebut tergantung dari bahaya yang ditimbulkan oleh bencana dan seberapa besar factor kerentanan ( ketidak mampuan ) manusia dalam menghadapi bahaya tersebut. Apabila bahaya bencana dan factor kerentanan besar, maka resiko yang dihadapi oleh manusia dalam menghadapi bencana juga akan semakin besar.

Kerentanan adalah kondisi yang menjelaskan faktor-faktor hambatan fisik, ekonomi, social, politik dan perilaku / sikap yang mengurangi kemampuan manusia untuk siap siaga menghadapi bahaya bencana. Walaupun jenis ancaman atau bahaya bencana sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, namun karena tingkat kerentanan berbeda, mengakibatkan resiko yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

AKAR MASALAH

Sektor Lingkungan Hidup

  1. Keterbatasan pengetahuan lingkungan hidup
  2. Keterbatasan pengelolaan Sumber Daya Alam

Sektor Sosial

  1. Kurangnya kesadaran bersama tentang bencana
  2. Tidak adanya perencanaan penanggulangan bencana

Sektor Ekonomi

  1. Keterbatasan dana untuk mengelola SDA secara berkesinambungan
  2. Keterbatasan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan hidup

Sektor Politik

  1. Kurangnya sosialisai tentang daerah rawan bencana
  2. Kurangnya penyuluhan LH
  3. Keterbatasan kebijakan dalam LH, Tata ruang, Konservasi dan pengentasan kemiskinan

PEMICU KERENTANAN

Sektor Lingkungan hidup

  1. Mengelola pertanian secara sembarangan
  2. Daerah pemukiman mudah dibangun
  3. Pengelolaan Sumber Daya Alam tidak berkesinambungan
  4. Mengabaikan system peringatan dini

Sektor Sosial

  1. Mengabaikan system peringatan dini
  2. Mengabaikan kebersamaan dalam menjaga lingkungan pemukiman

Sektor Eknomi

Kehidupan ekonomi masyarakat yang sulit

Sektor Politik

  1. Pemerasan SDA
  2. Industrialisasi
  3. Mengabaikan sytem peringatan dini
  4. Kebijakan perekonomian yang salah
  5. Mengabaikan pembinaan LH dan pengelolaan SDA

KERENTANAN YANG TIMBUL

Sektor Lingkungan Hidup

  1. Kerusakan L H
  2. Pemukiman didaerah rawan bencana
  3. Ketidak tahuan tanda-tanda awal datangnya bencana

Sektor Sosial

  1. Kemiskinan penduduk
  2. Tidak adanya RUTK
  3. Kurangnya konservasi alam
  4. Kurangnya penegakan hokum bagi pengrusak lingkungan

Sektor Ekonomi

  1. Kurangnya aparat yang terampil
  2. Pola tanam yang tidak menghitung iklim dan musim

Sektor Politik

  1. System peringatan dini kurang berperan

Selama ini kebanyakan masyarakat kita memahami bencana hanya semata-mata bersifat fenomena alamiah semata, sehingga bencana cenderung dipandang sebagai takdir. Dari analisa factor-faktor kerentanan diatas, tampaklah bahwa bencana bukan semata-mata merupakan murni gejala alam tetapi juga merupakan masalah yang diakibatkan oleh pembangunan yang tidak terselesaikan.

Strategi Migitasi Bencana adalah :

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan penentu kebijakan tentang bahay bencana

b. Meningkatkan kualitas kebijakan public dalam mengencadilakn kondisi lingkungan hidup dan tata ruang.

c. Menjalankan program rehabilitasi dan konservasi lingkungan hidup, baik dilingkungan pemukiman maupun kawasan konservasi.

d. Mewujudkan paradigma baru pembangunan yang memperhitungkan daya dukung sumber daya alam dan keseimbangannya.

KERENTANAN

1. Kerusakan lingkungan

2. Pemukiman dikawasan bencana

3. Pola kehidupan yang tidak peduli lingkungan hidup

4. Kurangnya kesadaran akan bahaya bencana

5. Kemiskinan penduduk

6. Kurangnya peraturan tata ruang dan konservasi

7. Kurangnya penegakan hokum bagi perusak lingkungan

8. Kurangnya aparat yang terampil

PERUBAHAN YG DIBUTUHKAN

a. Kesadaran masyarakat

b. Kesadaran penentu kebijakan

c. Kebijakan public

d. Kondisi lingkungan hidup

e. Paradigma pembangunan

f. Sytem peringatan dini

g. Perekonomian rakyat

KARAKTERISTIK BENCANA

1. BANJIR

a. PENGERTIAN

Genangan dan aliran air yang berlebihan serta berada dilokasi yang tidak semestinya

b. PENYEBAB

1. Curah hujan tinggi diatas normal, sehingga melebihi daya tampung sungai.

2. Rusaknya bendungan atau waduk

3. Meningkatnya permukaan sungai akibat air laut pasang

c. CARA PERUSAKAN

  1. Arus aliran air yang bergejolak dan cepat dapat menghanyutkan manusia, hewan, pohon dan bangunan.
  2. Aliran air yang membawa material tanah atau material lain yang mampu merusak lahan pertanian dan merusak bangunan.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

1. Lokasi hunian dibantaran sungai atau dataran rendah.

2. Kurangnya resapan air dikawasan pemukiman ( akibat betonisasi )

3. Penggundulan hutan dikawasan hulu sungai

4. Kurangnya kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya banjir

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

1. Pemukiman didataran rendah yang tidak memiliki drainase yang baik.

2. Wilayah yang berada diwilayah bantaran sungai dan hulu sungai.

f. BISA DIRAMALKAN

1. Ramalan banjir tergantung pada catatan curah hujan pada setiap musim.

2. Pengamatan daya tampung sungai.

3. Pengamatan lokasi genangan air yang pernah terjadi.

g. PERINGATAN DINI

1. Curah hujan yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama.

2. Naiknya permukaan pasang laut yang disertai badai.

3. Ketinggian permukaan sungai telah melampau batas siaga banjir.

4. Peta rawan banjir dibagikan kepada masyarakat yang tinggal diwilayah banjir.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Luas Genangan air ( Berapa hektar ).

2. Kedalaman atau ketinggian air banjir ( m ).

3. Kecepatan aliran air ( m / detik ).

4. Material yang dihanyutkan banjir ( batu, pohon dsb ).

5. Kepekatan air atau endapan Lumpur

6. Lamanya genangan air ( jam, hari, minggu )

i. MITIGASI BENCANA

1. Upaya non fisik

  • Membentuk Satgas banjir.
  • Mempersiapkan peta rawan banjir.
  • Memantau dan mengevaluasi data curah hujan diwilayah banjir.
  • Melakukan penyuluhan daerah kawasan bencana.
  • Memantau peralatan peringatan dini.

2. Upaya fisik

  • Membuat tanggul
  • Membuat system resapan air diwilayah pemukiman.
  • Penghijauan diwilayah hulu sungai
  • Pengerukan sungai dan waduk

3. Peran serta masyarakat

  • Tidak tinggal dibantaran sungai.
  • Tidak menggunakan lahan penahan banjir untuk pemukiman
  • Tidak membuang sampah disaluran air atau sungai.

2. TANAH LONGSOR

a. PENGERTIAN

Gerakan tanah, batuan atau percampuran keduanya yang menuruni lereng akibat terganggunya kestabilan tanah yang menyusun lereng tersebut.

b. PENYEBAB

  1. Meningkatnya kandungan air dalam lereng bukit, sehingga meregangkan ikatan tanah..
  2. Pemotongan kaki bukit secara sembarangan.
  3. Getaran pada lereng akibat adanya gempa, ledakan ataupun getaran alat berat.
  4. Meningkatnya daya beban yang ditanggung tanah melampau daya dukung tanah ( lereng curam kemiringan 40 derajat tidak mampu menahan beban bangunan dan rimbunnya pepohonan ).

c. CARA PERUSAKAN

1. Gerakan tanah secara bertahap yang menyebabkan keretakan tanah.

2. Runtuhan tanah atau batu dari atas bukit.

3. Aliran tanah lembek.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

1. Tempat tinggal dibangun pada lereng yang terjal atau tanah yang lembek.

2. Tempat tinggal dibangun dibawah lereng yang terjal

3. Bangunan dengan pondasi yang lemah.

4. Kurangnya pemahaman akan bahaya tanah longsor.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

1. Lereng gunung yang curam.

2. Lembah gunung yang terjal.

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Ramalan tanah longsor bergantung dari kajian kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan, kondisi air tanah dan pemanfaatn lahan
  2. Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan longsor yang baru terjadi.

g. PERINGATAN DINI

  1. Munculnya retakan memanjang pada tanah atau kontruksi bangunan.
  2. Tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka ( kemungkinan akibat bangunan mendapat dorongan masa tanah yang bergerak ).
  3. Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air di lereng.
  4. Pohon-pohon atau tiang miring searah kemiringan lereng.
  5. Terdengar gemuruh atau ledakan diatas lereng.
  6. Terjadi runtuhan atau aliran tanah / kerikil secara mendadak dari atas lereng.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Jumlah material yang bergerak.

2. Luas daerah yang terkubur.

3. Kecepakan gerak tanah.( cm / hari ).

4. Jenis dan dampak kerusakan.

5. Ukuran bingkahan batuan

6. Jumlah korban jiwa

i. MITIGASI BENCANA

1. Hindari membangun rumah didaerah yang rawan longsor.

2. Membuat terasering.

3. Penghijauan dengan tanaman yang memiliki akar dalam dan jarak yang tepat.

4. Melakukan pemadatan tanah disekitar rumah.

5. Pembuatan tanggul untuk menahan reruntuhan batuan.

3. KEKERINGAN

a. PENGERTIAN

Kurangnya ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan hidup atau kebutuhan pertanian.

b. PENYEBAB

1. Curah hujan dibawah normal dalam satu musim.

2. Berkurangnya kandungan air dalam tanah.

3. Rusaknya kawasan tangkapan air.

4. Ketidak seimbangan pola penggunaan air.

c. CARA PERUSAKAN

  1. Kekurangan air akan mempengaruhi kesehatyan manusia, kehidupan ternak dan tanaman sehingga mengakibatkan krisis pangan.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

1. Daerah yang tergantung cuaca untuk ketersediaan air.

2. Kurangnya pengenalan permasalahan kekeringan.

e. DIMANA BENCANA TERJADI

- Di daerah yang memiliki curah hujan sedikit.

- Di daerah yang ketersediaan air berasal dari tadah hujan.

f. BISA DIRAMALKAN

1. Ramalan kekeringan dapat dilakukan melalui kajian tentang musim dan cuaca.

2. Pengamatan dan kajian atas curah hujan, debit air sungai,dan ketersediaan air bersih.

g. PERINGATAN DINI

  1. Penurunan tingkat curah hujan dalam satu musim.
  2. Penurunan pasokan air permukaan dan air tanah yang dapat terlihat dari penurunan permukaan air sungai dan waduk.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

  1. Kurangnya curah hujan, lamanya musim kemarau,dan ketersediaan memperoleh air bersih secara langsung.

i. MITIGASI BENCANA

  • Membuat tehnologi tepat guna penyimpanan cadangan air.
  • Mempersiapkan mobil tangki pengangkut air bersih.
  • Mengembangkan ekonomi alternative yang tidak bergantung pada pasokan air yang banyak.

4. KEBAKARAN

a. PENGERTIAN

Penggunaan api yang tidak terkendali.

b. PENYEBAB

1. Kegiatan manusia yang menggunakan api.

2. Konsleting listrik

c. CARA PERUSAKAN

  1. Api menjalar keseluruh kawasan hutan / lahan.
  2. Api menghabiskan oksigen dan menghasilkan karbondioksida, asap serta panas.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Kepadatan pemukiman.
  2. Bahan pemukiman yang mudah terbakar.
  3. Angin yang cukup besar.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

Melanda daerah yang mengalami musim kemarau yang panjang.

f. BISA DIRAMALKAN

1. Musim kemarau ( meski terkadang dimusim hujan dapat terjadi )

g. PERINGATAN DINI

1. Matikan kompor dan cek sebelum meninggalkan rumah atau tidur.

2. Matikan / cabut peralatan listrik yang tidak digunakan.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Luas areal yang terbakar.

2. Jumlah korban jiwa.

i. MITIGASI BENCANA

  • Sosialisasi cara pengendalian kebakaran.

5. ANGIN BADAI

a. PENGERTIAN

Angin yang berhembus dengan kekuatan diatas 120 km / jam

b. PENYEBAB

1. Perpindahan udara akibat adanya perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca.

c. CARA PERUSAKAN

  1. Dengan tekanan dan hisapan.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Bangunan yang ringan
  2. Pemukiman disekitar pantaio yang menghadap laut lepas.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

Daratan, pantau dan laut.

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Ramalan ditentukan dengan mengamati catatan BMG, selain itu data kejadian bencana dimasa lalu dapat digunakan untuk mengetahui pola kejadian dimasa mendatang.

g. PERINGATAN DINI

1. Dikeluarkan oleh BMG Karen harus menggunakan satelit.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Kecepatan angin

i. MITIGASI BENCANA

  • Membuat bangunan didaerah yang terlindung dari serangan badai.

6. GEMPA BUMI

a. PENGERTIAN

Pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.

b. PENYEBAB

1. Pergerakan lempeng bumi.

2. Aktifitas gunung berapi

3. Aktifitas sesar dipermukaan bumi

4. Pergerakan geomorfologi secara lokal

c. CARA PERUSAKAN

  1. Energi getaran dirambatkan keseluruh permukaan bumi

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Pemukiman disekitar seismic
  2. Bangunan yang tidak tahan terhadap gerakan tanah.
  3. Kumpulan bangunan yang padat dengan tingkat hunian tinggi.
  4. Kurangnya informasi tentang resiko gempa

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

Di daerah yang pernah mengalami gempa atau memiliki riwayat gempa dalam periode 100 tahun.

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Ramalan gempa bumi dapat diketahui dengan cara mengevaluasi catatan gempa masa lalu dan pengamatan pengukur seismic.

g. PERINGATAN DINI

1. Kejadian mendadak ( belum ada metode yang akurat untuk mengetahui gempa )

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Lamanya terjadi gempa.

2. Lokasi pusat gempa.

3. Kedalaman sumber gempa.

4. Kekuatan / skala gempanya

5. Intensitas gempa bumi ( MMI )

i. MITIGASI BENCANA

  • Zonasi daerah rawan gempa.
  • Bangunan sesuai konstruksi tahan gempa.
  • Pendidikan masyarakat tentang kewaspadaan gempa.

7. TSUNAMI

a. PENGERTIAN

Gelombang air laut pasang yang sangat besar.

b. PENYEBAB

1. Gangguan impulsive didasar laut : Gempa tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.

2. Letusan gunung berapi didasar laut dan gunung api pulau.

c. CARA PERUSAKAN

  1. Tsunami menimbulkan gelombang dengan kecepatan yang sebanding dengan kedalaman laut, semakin mendekati garis pantai akan semakin besar.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Pemukiman di daerah pantai.
  2. Konstruksi bangunan tidak tahan terhadap terjangan tsunami.
  3. Ketidak sadaran public bahwa kekuatan tsunami dapat merusak.

e. DIMANA BENCANA TERJADI

  1. Di daerah pantai, setelah terjadi gempa yang berpotensi tsunami.

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Pengawasan dilakukan melalui system peringatan tsunami di pasifik yang memantau aktivitas seismic. Data peristiwa masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi.

g. PERINGATAN DINI

  1. Gelombang air laut dating secara mendadak dan berulang denganm energi yang besar.
  2. Terjadi susut laut
  3. Tsunami terjadi begitu mendadak, dan dapat terjadi kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bawah laut.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Ketinggian tsunami.

2. Luas daerah yang tersapu tsunami.

i. MITIGASI BENCANA

  • Pembangunan tsunami early warning system
  • Pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami.
  • Pembangunan tembok penahan tsunami / pemecah gelombang pada garis pantai.
  • Penanaman hutan mangrove.

8. LETUSAN GUNUNG BERAPI

a. PENGERTIAN

Magma yang didorong keluar lewat lubang vulkanis oleh arus konveksi panas

b. PENYEBAB

1. Akumulasi tekanan dan temperature dari fluida magma yang menimbulkan pelepas energi.

2. Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng / kulit bumi.

3. Pancaran magma dari dalam bumi yang bergabung dengan arus konveksi panas.

c. BAHAYA UTAMA

  1. Awan panas : campuran material letusan antara gas dan batuan yang menyusuri lerang dengan kecepatan 70 km / jam dan temperature 700 derajad celcius.
  2. Lontaran material pijar.
  3. Hujan Abu lebat.
  4. Lava : magma yang mencapai permukaan, bersifat cair dengan temperature 700 – 1200 derajad celcius.
  5. Gas beracun
  6. Tsunami, apabila yang meletus gunung berapi pulau atau gunung berapi dasar laut

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Pemukiman berada dilereng gunung berapi.
  2. Pemukiman dijalur lahar.
  3. Bangunan yang tidak tahan dengan tumpukan abu.
  4. Tidak ada rencana evakuasi.
  5. Tidak ada system peringatan dini.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

Daerah gunung berapi

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Ramalan dilakukan dengan mempelajari data gunung berapi yang aktif dan catatan sejarah gunung berapi. Penelitian geologi, geofisika dan geokimia dapat mengetahui aktifitas gunung berapi. Pembacaan seismograf

g. PERINGATAN DINI

1. Adanya perubahan aktivitas gunung berapi : letusan, asap atau gempa vulkanik.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Besaran letusan.

2. Jenis letusan

3. Arah aliran material.

4. Volume material yang disemburkan.

5. Lamanya letusan terjadi.

6. Radius jatuhnya material.

i. MITIGASI BENCANA

  • Membuat bangunan yang dapat menahan tumpukan abu.
  • Membuat barak pengungsian.
  • Menghindari tempat yang dapat dilalui lahar.
  • Meningkatkan pemahaman kewaspadaan bencana gunung berapi.

9. WABAH PENYAKIT

a. PENGERTIAN

Peristiwa berjangkitnya penyakit dimasyarakat yang jumlah penderitanya meningkat melebigi keadaan yang lazim.

b. PENYEBAB

1. Kondisi yang tidak bersih.

2. Menurunnya kualitas gizi.

3. Keracunan.

4. Toksin ( kimia dan biologi )

5. Infeksi ( virus, bakteri, protozoa dan cacing )

c. CARA PERUSAKAN

  1. Rasa sakit.
  2. Cacat.
  3. Kematian.

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Kemiskinan.
  2. Kurangnya kekebalan terhadap penyakit.
  3. Gizi buruk
  4. Kualitas makanan dan air bersih yang buruk.
  5. Penyakit yang tahan terhadap obat.
  6. Bantuan medis yang tidak terorganisir dengan baik.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

Dapat terjadi dimana saja

f. BISA DIRAMALKAN

  1. Dilakukan melalui kajian pemetaan factor resiko terjadinya wabah, pemetaan populasi beresiko dan studi epidemiologi.

g. PERINGATAN DINI

1. Penularan penyakit dalam jumlah yang masih kecil.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

  1. Tingkat kesakitan, jumlah penderita, jumlah kecacatan, jumlah kematian dan kecepatan penularan.

i. MITIGASI BENCANA

  • Penyuluhan hidup sehat.
  • Pusat pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
  • Perbaikan gizi.

10. POLUSI LINGKUNGAN

a. PENGERTIAN

Pencem aran lingkungan oleh gas, cairan dan benda padar.

b. PENYEBAB

1. Pembuangan limbah rumah tangga sembarangan.

2. Pembuangan limbah industri sembarangan.

3. Pembuangan limbah rumah sakit sembarangan.

4. Proses industri yang menghasilkan limbah gas.

5. Kendaraan bermotor yang semakin banyak.

6. Pemanasan global.

c. CARA PERUSAKAN

  1. Mencemari tanaman, udara dan air.
  2. Mengganggu kesehatan karena kontaminasi racun ataupun kontak langsung

d. FAKTOR YANG MENAMBAH ANCAMAN BAHAYA

  1. Industrialisasi yang tinggi.
  2. Tidak ada pengolahan limbah.
  3. Penegakan hokum yang lemah bagi perusak lingkungan
  4. Kesadaran untuk menjaga lingkungan yang kurang.

e. DIMANA BENCANA DAPAT TERJADI

  1. Bantaran sungai.
  2. Daerah pertambangan.
  3. Daerah sekitar pabrik.
  4. Kawasan pertanian yang banyak menggunakan pestisida.

f. BISA DIRAMALKAN

1. Mengamati perkembangan industrialisasi dan pertambangan.

g. PERINGATAN DINI

  1. Matinya ikan disungai tempat pembuangan limbah.
  2. Tidak ada burung dikawasan yang diduga tercemar.
  3. Gangguan kesehatan ( kulit, pernapasan atau diare ) yang dirasakan oleh masyarakat semakin meluas.
  4. Sumber air menjadi bau.

h. UKURAN ANCAMAN BENCANA

1. Jenis gangguan kesehatan.

2. Luas daerah yang tercemar.

i. MITIGASI BENCANA

  • Menetapkan standart pengelolaan limbah.
  • Menanam pohon.
  • Menetapkan kebijakan yang memproteksi ketersediaan air bersih.